Mengajar untuk menciptakan budaya Belajar
sontak, kemarin saya tidak sengaja memasuki kelas, mengajar dengan metode belajar berbantuan games. Namun lagi, peserta didik yang masih pasif untuk berpartipasi dalam aktivitas pembelajaran. ini yang kadang membuat saya tergelitik untuk meriset mengapa ini bisa terjadi?.
dalam suatu kesempatan pertemuan KKG Mapel saya mendengar satu kalimat dari narasumber yang mengatakan bahwa sebagai guru Mapel harus memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial, bahkan ladership juga spritualitas. namun kalimat berikutnya membuat saya merenung "kita harus lebih baik atau lebih dari guru Kelas. saya langsung terus merenungi kalimat ini. terus berpikir dan memberi satu garis kesimpulan bahwa guru Mapel harus lebih kompeten dari guru Kelas. apakah harus demikian. di satu Sisi memang ada benarnya. namun di sisi lain ada yang menyanggal bahwa dalam proses pembelajaran ada yang namanya budaya belajar atau dalam definisi suatu kebiasaan yang menjadi patenitas dalam proses belajar antara pendidik dengan peserta didik dan karakter proses belajar yang terbiasa.
dengan definisi tersebut saya mengambil satu fakta yang mengejutkan yang terjadi ketika saya selama 2 tahun ngajar di kelas. oh saya mengajar di Sekolah dasar. ketika saya mengajar di salah satu kelas tersebut. terlihat sebagian peserta didik bersemangat untuk belajar. Tapi itu hal yang baik. Namun saat ingin menjelaskan materi pelajaran, peserta didik meminta pelajaran. padahal saya baru saja memulai memberikan pelajaran kepadanya.
saat itu saya mulai bingung, bagaimana ini bisa terjadi. apakah menjelaskan materi bagian pelajaran. atau peserta didik yang meminta pelajaran saat saya baru menjelaskan materi adalah dianggap bukan dari pelajaran. lantas definis pelajaran saya coba uraikan menurut peserta didik yang saya ajar. menurutnya pelajaran adalah ketika ada buku cetak di berikan gurunya memberikan tugas dari buku tersebut. maka itu adalah pelajaran menurut peserta didik.
ini yang membuat saya terus bertanya kenapa dan mengapa hanya persoalan definisi pelajaran ternyata bisa bergeser sesuai dengan kebiasaan peserta didik saat terbiasa diberikan metode kepada wali kelasnya.
Setelah itu saya hubungkan dengan apa yang dikatakan oleh narasumber di pertemuan KKG tersebut bahwa guru Mapel harus lebih baik dari wali kelas. dalam hal ini saya justru harus katakan wali kelas harus lebih dulu lebih baik ketimbang dari guru Mapel. karena wali kelas lah yang menciptakan budaya belajar tersebut. sehingga ketika telah tercipta budaya yang ideal bagi peserta didik maka guru Mapel juga akan efektif menerapkan metode belajar apa saja dikelas.
0 Response to " "
Posting Komentar