Bab 4 Brain Wash
Negara Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Masyarakat yang mayoritas belum bisa seperti masyarakat yang di negara maju. Kebiasaan Membaca adalah kunci dari semuanya. Tapi di negara kita masih berkutik dengan angka kemiskinan dan kesulitan hidup yang kian hari makin terasa dan makin meningkat. Bagaimana mungki kita bisa melihat setiap orang setiap hari duduk diteras rumahnya membaca buku sambil berdialog tentang kehidupan dan masalah-masalah sosial?. Kita hanya berharap semua orang bisa mencintai buku, dan merubah hidup ini menjadi baik.
Pemimpin adalah penentu dari semua perubahan yang akan terjadi. jika Pemimpinnya senang dengan Buku, percayalah bahwa rakyat juga akan senantiasa mencintai dan menghargai buku. Namun Pemerintah lebih senang dengan memberi bantuan kepada warga sebagai wujud tanggung jawab dia sebagai abdi negara. Namun apakah dengan bantuan terus-teruasan itu bisa membuat hidup ini lebih baik?. Bagaiman kalau setiap orang dalam setiap rumah pencari nafkah diberi pekerjaan yang layak untuk kehidupannya sehingga bantuan itu tidak lagi diperlukan?.
Jika semua dari kita sadar akan pentingnya memberi kerja agar mereka bangga dengan dirinya bisa menghidupi keluarganya. Namun mental kita terus digurus dengan bantuan-bantuan toh saja. Yang mungkin saja merusak generasi, karena mental yang tak mau berusaha hanya menunggu bantuan dari langit. Anak-anak kita didik untuk menjadi "pengemis" dimasa depan.
orang yang mayoritas yang jarang membaca sulit menemukan konteks masalah terjadi. orang-orang lebih suka menilai daripada mencari tahu kebenaran. misalnya, seorang pejabat korupsi sekian milyar, orang hanya fokus menilai dia ini koruptor dan tak pantas disebut manusia karena kelakukannya sama seperti pencuri bla bla bla. apakah kita perlu mencari tahu apakah dia benar-benar korupsi atau karena ia dijebak dan terpaksa untuk korupsi? ternyata berita sebenarnya ia diberi bingkisan sebuah tas dan isinya uang dengan nilai milyaran yang kemudian dijadikan alat bukti untuk mentersangkakan dia menjadi pelaku. Apakah setelah mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya kita tetap terhadap penilaian kita bahwa ia adalah koruptor? tetap tidak. mayoritas punya kebiasaan untuk tidak mengakui kesalahan dan tetap bersembunyi diketiak kesalahan dan memunculkan pernyataan-pernyataan kalau ia benar dengan penilaiannya kalau dia korupsi.
ada seorang filsuf yang mengatakan kalau mengakui kesalahan adalah manusiawi, tapi tetap mengulangi kesalahan dan menutupinya dengan kesalahan lain adalah perbuatan iblis. Mayoritas kita suka dengan perbuatan dan menikmatinya namun dalam bingkisan yang putih suci seakan ia adalah benar dalam angannya.
Apakah benar kesadaran kita terus dihantui seperti menilai sesuatu dengan terburu-buru dan malas mengulik dan mencari tahu yang sebenarnya?. Jika Rasullah diberi tahu Jibril "membaca" hanya sekali berarti kita dapat menyimpulkan untuk membenarkan kalau mencari tahu lebih dalam adalah benar adanya, namun adilnya Allah, Jibril memberi tahu Rasullah kalimat "membaca" sampai tiga kali. itu artinya membaca sekali itu belum dikatakan membaca, tapi dengan membaca berkali-kali kita akan menemukan maksud dari bacaan yang telah kita baca.
Jika belum selesai dengan masalah literasi ini, maka brain wash menjadi makanan empuk bagi kita yang minim literasi.
0 Response to "Bab 4 Brain Wash"
Posting Komentar