Benarkah pendidikan hanya bisa diperoleh disekolah? pola pendidikan yang keliru
Beberapa abad berlalu, zaman berganti, dari hari ke hari, manusia terus mengalami proses perubahan dari yang primitif sampai menjadi manusia yang modern. Namun proses yang dilalu itu kadang memiliki kendala, atau peristiwa dari pembentukan perubahan pola Pikir dari yang pengetahuan biasa menjadi pengetahuan konstruktif, atau tersistematis menjadi sebuah Ilmu. Ilmu yang nantinya ini menjadi sebuah dasar terciptanya perubahan peradaban dari zaman ke zaman. Manusia memiliki kehendak untuk berpikir dan bergerak. Sepatutnya diSyukuri dari Manusia adalah satu-satunya Makhluk Tuhan yang diberikan Akal untuk membentuk peradabannya dengan menjadi lebih baik. Manusia juga memiliki Hati yang karuniai untuk merasakan pengaruh sekitar, peka terhadap lingkungan yang ditinggalinya. kemudian Manusia ini mampu berkumpul dan bersosialisasi dengan mahkluk hidup lainnya dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Sebelum Islam datang di Arab, Masyarakat yang jahiliyah karena dari segi sosial, politik dan keagamaan. Namun untuk mengenai baca tulisnya ternyata sudah maju, apalagi saat itu banyak penyair-nyair yang pandai membuat syair dan peradaban Arab pada waktu telah mengalami perubahan sangat signifikan mulai dari membangun tenda-tenda, anak yang mampu menggembala, perempuan yang sudah bisa memasak dan mengurus untuk urusan dapur. Namun dari Segi hubungan antar manusia, politik dan kegamaan justru mengalami kerusakan yang membrutal. misalnya, perdagangan budak dimana-mana, urusan riba dalam jual beli sangat mencekik, dan kasta yang sangat kental dimana ada suku yang dapat otoriter terhadap suku yang lain karena kesukuannnya dikenal sebagai yang paling kuat diantara suku lain.
Seorang Sarjana Islam asal Amerika yang bernama Bayard Dodge, yang dikutip dalam jurnal AlFikr yang ditulis oleh Muhammad Satir, Menjelaskan bahwa Pola pendidikan di Zaman Nabi Muhammad saw, belum terlihat terorganisir dengan baik. Para Anak laki-laki hanya belajar menggembala unta untuk ayahnya, anak perempuan hanya diberi kesempatan untuk belajar memasak ataupun semua kebutuhan yang ada dalam rumah tangga. Dijelaskan secara tegas lagi bahwa sebagian masyarakat Arab pada Waktu itu masih banyak yang buta huruf.dan ditambahkan pula bangsa arab memulai perabadaban yang lebih tinggi ketika lebih banyak pergi menggembara di wilayah-wilayah lain.
Setelah Islam datang maka semua berubah total, namun pola pendidikan pada saat itu, dilakukan dengan lisan dari mulut ke mulut. Karena karakter bangsa Arab yang keras dan tegas ketika ada perubahan budaya yang dapat merusak budaya yang telah mendarah daging dijalan dalam kehidupan sehari-hari kaum Quraisy pada waktu itu. Makanya dalam beberapa literatur sejarah Islam pola pendidikan pada Zaman Nabi Muhammad saw secara tersembunyi dan dipilihlah salah seorang sahabat Nabi yang bernama Arqam bin abdul arqam yang kemudian disebut dengan baitul arqam.
Dirumah Arqam lah ada beberapa metode pembelajaran yang diterima, yaitu metode ceramah, ketika Rasulullah saw mendapat wahyu dari Allah, maka Rasulullah saw langsung disampaikan kepada Sahabatnya. atau lebih tepatnya ketika ada problem yang diterima Rasulullah saw maka Allah beri solusi dengan berupa Wahyu yang berisikan apa yang harus dilakukan Rasulullah dalam menghadapi masalah. yang kedua yaitu metode diskusi, ketika sahabat mendapat suatu permasalahan hukum atau yang lain, maka sahabat biasanya mendiskusikannya kepada Rasulullah saw., dan yang metode yang luarbiasa dan sampaikan sekarang menjadi metode andalan bagi semua orang dan diterapkan diseluruh dunia adalah metode Keteladanan. Figur seoarang Rasulullah saw yang sangat luarbiasa menjadi daya tarik kepada semua orang untuk berlomba-lomba masuk Islam. dalam beberapa riwayat apapun Sahabar dalam menghadapi beberapa permasalahan mendapati jawabannya dari Keteladanan dan perilaku keseharian Rasulullah saw.
kata buya syakur dalam konten youtube nya juga menjelaskan bahwa pengaruh pergaulan sangat berpengaruh kepada siapa yang ditemaninya atau siapa teman sepergaulangannya. orang bisa tahu seperti apa kita lewat dengan siapa saja yang kita temani dan beliau juga menjelaskan kalau pengaruh pendidikan mental di masyarakat untuk anak sangat berpengaruh juga. beliau memberikan presentase kalau disekolah itu 30%, keluarga 30%, dan masyarakat mengambil 60% pengaruh pembentukan mental anak.
buya syakur menjelaskan bahwa orang tua kebanyakan sekarang lebih memilih untuk memberikan dan mempersiapkan materil untuk masa depannya ketimbang untuk mendidik persoanlity nya. seorang orang tua seharusnya dengan ikhlas mendidik anak tanpa ada embel-embel bahwa kelak dimasa depan nanti anak ini akan merawat dan menjada kita ketika telah tua nanti dan ketika itu terjadi apabila anak justru berubah dan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan maka paling tidak kita akan kecewa nantinya. itu karena kita hanya memperhatikan materil ke anak tanpa memberikan yang nonmateril yaitu membangun pondasi kepribadian yang baik.
Prof Quraish shihab menerangkan bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab dari orang tua. dan anak adalah anugrah yang diberikan kepada orang tua yang tidak semua orang bisa mendapatkannya maka kita diberi tanggung jawab agar dapat mendidiknya. Memberikan hak kepada anak seperti makanan, pakaian, dan pendidikan. dizaman sekarang banyak yang mengabaikan mendidik anak. masih banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan cara mendidik anak ketika ia didik oleh orang tuanya. sehingga mental anak menjadi tidak baik. Karena yang perlu kita ketahui adalah mendidik anak harus sesuai dengan zamannya. apa yang terjadi di zaman orang tua berbeda apa yang terjadi di zaman anak. maksudnya pola pendidikan di zaman orang tua akan berbeda dengan pola pendidikan di zaman anak. beliau juga lebih menekankan untuk tidak memaksakan kehendaknya mendidik anak sesuai apa yang diinginkan. Anak akan tahu zamannya seperti apa ketimbang kita yang hidup dizaman yang berbeda. beri fasilitas buat anak dengan catatan bahwa perkuatlah kepribadiannya secara pondasi agama ia sudah siap untuk menghadapi zamannya. Sehingga ketika itu telah terjadi maka kita tidak perlu lagi risau akan apa yang terjadi kepada anak dan juga kita perlu lagi mengawasi lebih detail apa yang dilakukan anak ketika tidak bersama dengan orang tua.
0 Response to " "
Posting Komentar