BAB 8 "PILIHAN"
dalam pemilu kali ini kita akan dihadapkan pilihan oleh seorang pemimpin. ada dua pilihan. pertama memilih "mencari suara" dan kedua memilih "memajukan pendidikan". pilihan pertama "mencari suara" ujungnya pasti mau terima atau tidak, adalah meraih kekayaan secara signifikan dan bisa dirasakan oleh keluarga dan kerabatnya. sedangkan pilihan kedua ujungnya adalah mempersiapkan peradaban yang lebih maju dimasa depan. untungnya? tidak ada secara materil, malahan rugi. tapi dampaknya dimasa depan nanti anak cucu kita bergembira bersuka riang. mereka menikmati peradaban yang maju yang sudah kita buat dari sekarang. Jika pilihannya kedua pasti berat. banyak yang dikorbankan. sulit. makanya jarang orang yang mau mengambil itu sebagai keputusan yang berani. paling mudah, paling enak memang pilihan pertama. keluarkan modal besar. tak peduli apa dampak kedepannya, yang pentingnya anak, ibu, bapak, sanak keluarga dan kerabat bisa menikmati. peduli amat masa depan yang belum terjadi. Tapi bisakah kita memilih mencari suara sambil memajukan pendidikan? hah? bagaimana mungkin, kita mengajari anak-anak kita "mencuri"? kok "mencuri'? jelaslah mencari suara itu dibeli dan kembali saat terpilih. karena pada prinsipnya modal yang keluarkan harus setimpal dengan hasil yang diterima. siklusnya begitu terus. "masih mau sampaikan kapan seperti ini?" sampai s kita sadar kalau kita tak boleh ambil
banyak yang tidak peduli, bahkan di duna pendidikan kita dipaksa dan terpaksa menjadi bajingan karena sistem yang telah terhubung menjadi lingkaran setan yang sangat menyesatkan. mereka lalu terlihat baik, berkumpul membiacarakan idealnya seorang guru mengajarinya siswanya meningkatkan kompetensinya seolah bisa menjadi cara agar menekan angka amoral anak-anak kita yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.
saya sebut mereka telah menjadi pelaku yang akan menghancurkan peradaban. yah, tersangka yang menghancurkan peradaban anak cucukita. saya tidak bisa menyebutkan mereka sebagai pedagog tapi mereka demagog orang-orang yang hanya sebenarnya mengurusi diri nya sendiri memperkaya diri dan tanpa peduli dengan peradaban. mereka menyebarkan doktrin yang mereka bisa kuasai untuk tetap eksis terlihat dan menjadikan dirinya seolah bisa merubah yang terjadi. banyak fenomena yang terjadi. saya tidak tahu apakah akan berakhir seperti apa. melihatnya sendiri kontras yang terjadi. disatu sisi banyak guru agama yang meningkatkan kompetensinya dengan banyak bertemu, banyak mengadakan seminar, saling bekerja sama, tapi lagi-lagi bahas tidak menyentuh apa yang disebut masalah sebenarnya.
mereka hanya berteriak "senang" dengan kelompok sendiri, komunitas gurunya sendiri, sedangkan diluar banyak anak-anak, bahkan untuk salat saja masih sulit, bahkan parahnya lagi tidak tahu apa agamanya itu. mereka bergerombol tertawa ditengah dikelilingi masalah yang diabaikan begitu saja.
baik, kalau saja bisa usul untuk selesaikan problem ini, mudah.
1. kesadaran diri
2. mulai ubah cara paradigma berpikir tentang keuntungan dan kerugian dan mulai membenah diri
3. trisula pendidikan dihidupkan.
4. budayakan pendidikan yang bersifat kontekstualistik dibangingkan dengan tekstualistik
0 Response to "BAB 8 "PILIHAN""
Posting Komentar