Kenapa sih kita diciptakan? (Perspektif Murtadha Murthahhara)
Murtadha Muthahara mengatakan
bahwa Hal yang selalu manusia mesti renungkan adalah apa tujuan hidupnya? Apa benar kita yang selama
ini masih saja sempat memikirkan hal yang fundamental seperti itu, menyisihkan
waktu luang untuk memikirkan pertanyaan tersebut. Tapi tidak apalah, kita andaikan saja diselah-selah
waktu kita duduk termenung. Dalam renungan kita biasanya bertanya “untuk apa
kita hidup?” dan “apa tujuan hidup”.
Pada sudut pandang Islam seharusnya juga kita
bertanya apa tujuan dan filosofi misi kenabian?. Tujuan dari misi kenabian
adalah membimbing manusia menemukan tujuan hidupnya. Kemudian muncul lagi
pertanyaan berikutnya, lalu tujuan penciptaan manusia dan seluruh makhluk itu
apa?. Pertanyaan ini harus mempunyai analisis yang mendalam.
Tujuan Sang Pencipta atau Allah menciptakan
manusia sejatinya bukan untuk diri-Nya bukan pula untuk memenuhi kebutuhan-Nya.
Tuhan tidak memiliki urusan apapun dengan apa yang diciptakan sehingga apa pun
yang terjadi terhadap makhluk itu akan mendapatkan konsekuensi dari apa yang
diperbuatnya. Allah Maha sempurna dan Maha segala-Nya. Sehingga terlepas dari
hal-hal yang amat tidak mungkin.
Berbicara tentang tujuan penciptaan manusia,
pada hakikatnya manusia memiliki berupa potensi-potensi untuk mencapai
kesempurnaan. Dalam mencapai kesempurnaan tersebut Allah swt memberikan
kehendak yang bebas, sehingga manusia bebas memilih kebaikan maupun keburukan.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Alquran bahwa “sesungguhnya kami
telah menunjuki jalan yang lurus, namun ada yang bersyukur dan ada juga yang
ingkar (QS. 76:3).
Para Nabi memiliki misi untuk membimbing
manusia dalam mencapai tujuan hidup yang sebisa mungkin bahagia dan diusahakan
menghindarkan dari penderitaan. Sehingga kalau para Nabi telah menjelaskan
tentang arti kebahagiaan dalam mencapai alam akhirat, maka dalam hal ini
manusia itu patuh kepada-Nya akan mendapat pahala dan mengingkari-Nya mendapat
siksa, sehingga hukum-hukum Tuhan itu memiliki arti dan tidak sia-sia di dunia.
Dalam Alquran dijelaskan “sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan kami telah turunkan bersama mereka Al
Kitab dan Neraca (keadilan) supaya manusia bisa melaksanakan keadilan” (QS.
57:25).
Kita andaikan Neraca yang dimaksudkan adalah
hukum, maka keadilan tersebut dapat diwujudkan. Hukum yang adil ini tidak dapat
dibuat sendiri oleh manusia, karena dua alasan yaitu: pertama, manusia tidak
dapat menetapkan sebuah sebuah kebenaran yang bebas dari subjektivitasnya.
Kedua, dalam penegakkan hukum tidak ada jaminan bahwa hukum itu sudah adil atau
belum. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk
mendahulukan dirinya sendiri, sehingga jika hukum itu sesuai dengan
kepentingannya maka dia akan mendukung, sebaliknya jika hukum itu berbenturan
dengan apa yang ingin ia capai maka dia akan menolak.
Kemudian penegakkan hukum yang adil harus
bersumber atas nilai-nilai ketuhanan atau berasal dari Pencipta. Manusia dengan
segala kelemahannya begitu sulit menetapkan hukum yang adil. Sehingga manusia harus melihat aturan
yang dibuat Tuhan yang Maha Sempurna.
Agar Manusia dapat mematuhi aturan tersebut
maka terlebih dahulu harus mengenal Tuhannya. Seperti yang terjadi sekarang.
Banyak diantara kita hanya sekedar tahu Tuhan itu apa tapi belum mengenal
secara mendalam Tuhan seperti apa. Kemudian yang diterangkan dari awal harusnya
kita lebih banyak merenungkan tentang tujuan hidup ini. Sehingga dengan kita
mengenal dan memiliki keyakinan penuh kepada Tuhan, maka menjadi syarat awal
tercapainya keadilan.
Islam menggaris bawahi tentang manusia bahwa
sesungguhnya manusia diciptakan itu mengabdi kepada Allah dengan penghambaan
yang sebenarnya, mengenal Allah, dan mencari kedekatan kepada Allah, karena
hanya dengan seperti itulah kita akan memperoleh kekuatan. Tapi juga harus
dimengerti bahwa ilmu dan kekuatan bahkan menjadi suci itu sendiri bukanlah
tujuan utama, segala harapan dan tujuan perjalanan itu hanyalah untuk kembali
kepada Allah sebagai tujuan Akhir.
Selain untuk menjadi mengabdi kepadala Allah
ada tujuan-tujuan lain yang disebutkan, yaitu menjadikan hidup ini sebagai
sarana untuk mencari kebahagiaan. Cara atau metode orang untuk menjadi bahagia
bermacam-macam cara. Murthada Muthahhara menjelaskan alasan kedua mengapa kita
diciptakan supaya bisa mencapai derajat kebahagiaan diri dan kebahagiaan secara
sosial yaitu dengan mencari landasan etika personal dan etika sosial.
0 Response to "Kenapa sih kita diciptakan? (Perspektif Murtadha Murthahhara)"
Posting Komentar